Selama berbulan-bulan sejumlah petempur berlindung di dalam kompleks pabrik tersebut sehingga Rusia sulit menguasai Mariupol.
Evakuasi 531 serdadu Ukraina pada Jumat (20/05) menandai berakhirnya pengepungan Mariupol sehingga kota tersebut dan pabrik bajanya “sepenuhnya dibebaskan”, kata Kementerian Pertahanan Rusia.
“Fasilitas bawah tanah di pabrik itu, tempat para milisi bersembunyi, dikendalikan penuh oleh angkatan bersenjata Rusia,” tambah pernyataan tersebut.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengatakan rombongan terakhir petempur telah diberikan izin untuk meninggalkan lokasi.
“Hari ini, para pemuda menerima sinyal jelas dari komando militer bahwa mereka bisa keluar dan menyelamatkan diri,” kata Zelensky kepada stasiun televisi Ukraina.
Selama berminggu-minggu pabrik baja Azovstal dikepung militer Rusia. Semua bantuan kemanusiaan diblokir dan lokasi tersebut digempur serangan udara.
Ratusan serdadu bersembunyi di sana, termasuk marinir, Garda Nasional (yang mencakup resimen Azov), penjaga perbatasan, polisi, dan unit pertahanan territorial.
Meski demikian, ada banyak pula warga sipil, yang meliputi perempuan, anak-anak, dan lansia. Mereka bertahan dengan pasokan makanan kian terbatas, tanpa air bersih, dan tidak melihat sinar matahari sama sekali.
Kompleks pabrik baja seluas 10 kilometer persegi memiliki jaringan terowongan yang dirancang untuk berlindung saat perang nuklir terjadi.
Awal bulan ini, para warga sipil tersebut dievakuasi sepenuhnya setelah melalui negosiasi alot yang dikoordinasi PBB dan Palang Merah.
Tentara Ukraina di pabrik baja menyerah pada Rusia
Menurut para pejabat di Moskow, total sebanyak 2.439 petempur Ukraina di pabrik baja yang menyerah ke Rusia.
Para pejabat Ukraina berharap ribuan petempur itu bisa dibebaskan sebagai bagian dari pertukaran tawanan, namun Moskow belum meresponsnya.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan para serdadu tersebut akan diperlakukan “sejalan dengan hukum internasional yang relevan”. Namun, terdapat kekhawatiran di pihak Ukraina mengenai apa yang terjadi terhadap para serdadu jika mereka dalam kendali Rusia.
Saat digempur militer Rusia, komandan resimen Ukraina di Azov, Denis Prokopenko, mengaku pasukannya telah bertemour habis-habisan.
Denis Prokopenko lewat pesan Telegramnya berkata, “Saya bangga dengan pasukan saya yang melakukan upaya luar biasa untuk menahan gempuran musuh. Situasinya sangat sulit.”
Rusia melakukan gencatan senjata mulai 5 Mei untuk memungkinkan lebih banyak evakuasi warga sipil dari pabrik Azovstal.
Militer Rusia menyebut rute keluar dari pabrik dibuka dari pukul 08.00 hingga 18.00 pada tanggal 5, 6, dan 7 Mei.
Selama periode itu, pasukan Rusia berjanji akan menghentikan kegiatan dan menarik unit ke jarak yang aman. Pernyataan ini mereka keluarkan dalam sebuah unggahan di internet.
Sementara itu, analisis baru menunjukkan sebanyak 600 orang tewas ketika Rusia meledakkan sebuah teater di Mariupol, Maret lalu. Serangan itu diyakini telah menyebabkan korban jiwa dalam skala paling parah dalam sebuah serangan sejak invasi dimulai.
Investigasi yang dilakukan kantor berita Associated Press menyebut korban tewas dalam serangan itu berjumlah dua kali lipat dari perkiraan sebelumnya.
Associated Press mewawancarai 23 korban yang selamat, regu penyelamat, dan mereka yang terbiasa bersembunyi di teater untuk menghindari bom.
Militer Rusia menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk mengepung dan membombardir Mariupol. Kota ini diyakini merupakan kunci operasi militer mereka di Ukraina.
Kontrol penuh atas kota itu akan memberi Rusia jembatan penghubung darat, melalui wilayah Donbas yang dikuasai kelompok pro-Rusia hingga ke Krimea yang mereka aneksasi pada tahun 2014.
Meskipun ada indikasi bahwa tidak ada kemajuan pesat dalam upaya militer Rusia untuk menyerang dan mempertahankan bagian selatan dan timur Ukraina, mereka membantah akan menggempur habis Ukraina dalam beberapa hari mendatang.